Pages

About

Minggu, 04 November 2012

Bahan Pra Remaja GIA Kopo Permai Minggu ke 3


“Awas Bahaya Kompromi!”
Bahan Alkitab : 2 Petrus 2:1-3

Tujuan :
Menjelaskan kepada ASM akan bahaya kompromi terhadap pengajar dan atau pengajaran sesat

Pendahuluan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kompromi = persetujuan dengan jalan damai, atau saling mengurangi tuntutan. Sikap kompromi dapat berakibat positif, tetapi juga bisa berakibat negatif. Dalam konteks perjumpaan Injil dengan budaya, paling tidak ada tiga hal yang dapat terjadi. Pandangan Richard Niebuhr: Pertama, Injil di atas budaya. Pandangan ini menekankan Injil tidak boleh direduksi dengan budaya mana pun sebab injil dianggap dari atas dan budaya dari bawah. Kelemahan pandangan ini adalah Injil tidak mempunyai tempat dikomunikasikan dengan budaya. Tidak jarang karena hal itu, Injil tidak dapat diterima oleh budaya. Kedua, Injil sejajar dengan budaya. Pandangan ini mencoba kompromi secara positif dengan budaya.  Artinya, ada budaya tertentu yang dianggap bisa dipakai untuk mengkomunikasikan Injil pada budaya. Contohnya kisah Dewi Sri dalam budaya masyarakat Jawa “Kejawen”. Pendekatan-pendekatan seperti inilah yang disebut dengan pendekatan “kontekstual” bahwa budaya setempat dimaknai secara kristen untuk menjembatani Injil ke dalam budaya setempat. Ketiga, Injil di bawah budaya. Pandangan ini menekankan otoritas budaya dalam mengkomunikasikan Injil karena seringkali Injil harus menyesuaikan diri dengan budaya. Contoh, kekristenan di Sumatera bahwa upacara-upacara adat lebih dihargai dibandingkan dengan upacara-upacara gereja. Bahkan, ritual-ritual penyembahan “roh nenek moyang” dipraktikkan secara berdampingan/sejalan dengan ibadah-ibadah gereja dan dipimpin langsung oleh “pendeta-pendeta gereja tertentu” (Search: Google Pandangan Injil terhadap upacara adat Batak). Hal ini menunjukkan mudahnya terjadi sinkretisme, jika posisi Injil berada di bawah budaya.  Kompromi yang terjadi menyebabkan Injil mendapatkan tekanan dan semakin dilemahkan. Kompromi-kompromi seperti inilah yang harus dicegah, jika terjadi dalam suatu budaya atau gereja tertentu.

Isi
            Dari tiga pendekatan/perjumpaan Injil dan budaya yang dikemukakan di atas, pendekatan ketigalah yang paling mirip dengan pergumulan yang terjadi dalam jemaat yang disurati oleh Petrus. Ke depan, ada beberapa hal yang harus kita waspadai:
                              
1.      Mewaspadai Pengajar dan Pengajaran Palsu
Jemaat di Asia kecil atau jemaat mula-mula menghadapi masalah yang serius, yaitu masuknya guru-guru palsu yang membawa ajaran-ajaran tradisi yang mencampuradukkan antara Injil dan ajaran kafir, seperti ajaran “Bileam, Nikolaus dan Isebel” (2 Pet.2:1-2). Pengajar-pengajar ini tidak membuat jemaat semakin dekat dengan Tuhan, tetapi sebaliknya, jemaat semakin berani untuk menghujat dan tidak mengakui lagi penebusan Kristus bagi dirinya. Kompromi budaya semacam ini akan membawa jemaat mula-mula semakin jauh hubungannya dengan Tuhan. Artinya, hal itu akan membawa mereka kepada kebinasaan. Jika korban Kristus telah dihujat secara terang-terangan dan dianggap tidak memiliki faedah lagi, itu tandanya bahwa sikap kompromi bukan sesuatu yang sederhana, seperti yang kita anggap, tetapi lebih daripada itu, sebagai sesuatu yang menusuk dari belakang. Patut diwaspadai karena bahaya kompromi bisa menyusup dan menyatu untuk menggunakan budaya setempat dan kebiasaan-kebiasaan yang telah mengakar dalam kehidupan jemaat.

2.      Cara Hidup yang Menyesatkan
Ada pepatah yang berkata: “Kalau guru kencing berdiri, murid kencing berlari.” Artinya, apa yang dilakukan oleh seorang guru akan ditiru oleh muridnya dengan cara yang lebih ekstrim lagi. Dapat dibayangkan, apa yang akan terjadi di kemudian hari, jika jemaat meniru apa yang dilakukan oleh pengajar-pengajar “palsu” tersebut (2 Pet.2:3). Kehancuran suatu rumah tangga, kelompok atau suatu lembaga akan sangat mudah, jika diprakarsai oleh pemimpinnya. Hal inilah yang terjadi di jemaat Asia Kecil. Cara hidup pemimpin mereka diwarnai dan dikuasai oleh hawa nafsu sehingga kecemaran bukan sesuatu yang “tabu”, tetapi merupakan gaya hidup. Dikatakan oleh Petrus bahwa mata mereka penuh dengan nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Hal-hal yang najis dimaknai secara rohani, seperti kegiatan “pelacur bakti” untuk membenarkan kegiatan-kegiatan dosa mereka. Sehingga, setiap orang yang melakukan hal tersebut merasa bahwa hal itu adalah bagain dari ibadah.  Kompromi semacam itu dapat timbul dengan menggunakan “kostum” yang baru. Gereja harus mewaspadai setiap pengaruh-pengaruh yang muncul yang dibawa masuk oleh pengajar-pengajar dari dominasi yang berbeda. Sikap kritis harus senantiasa digunakan sebagai filter terhadap pengajaran yang masuk dan berkembang.

Penutup
Bahaya kompromi tidak datang dengan cara-cara yang ekstrim, tetapi bahaya kompromi bisa masuk dengan cara-cara yang sangat sepele, seperti lewat budaya, kebiasaan atau pola pikir kreatif yang tidak didasari pada kebenaran Firman Tuhan. Untuk dapat mengantisipasi hal tersebut, jemaat harus memiliki iman yang kokoh yang disertai dengan pemahaman yang benar akan Firman Tuhan. Sikap kritis yang positif dalam mencerna Firman Tuhan, akan membangun jemaat semakin kokoh dan berakar dalam Firman.

Ayat hafalan :
2 Tesalonika 2 : 3
Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga!

Akitifitas :
“Back to The Bible”
GSM mengajak ASM untuk mulai mencari jawaban dari segala sesuatu yang mereka ingin tahu dari Alkitab.
Sediakan konkordansi Alkitab.  
Ayo temukan jawabannya dalam Alkitab!
-          Apa yang Alkitab katakan tentang dosa? (misalnya : dosa berakibat maut (Roma 6 : 23), dosa membuat manusia kehilangan kemulian Allah (Roma 3 : 23), semua manusia telah berbuat dosa (Roma 3 : 23) dst (sebanyak-banyaknya)
-          Apa yang Alkitab katakan tentang manusia?

·         Kompromi adalah salah satu sikap yang biasanya sering dimanfaatkan orang yang tidak bertanggung jawab demi kepentingannya sendiri. Apalagi jika kompromi dalam hal dosa. Seringkali firman Tuhan dijadikan sasaran untuk melancarkan maksud-maksud tertentu dengan jalan kompromi. Menyikapi hal tersebut, ada cara-cara yang harus dipahami orang percaya. Bagaimana caranya? Renungkan itu! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar