DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Pengertian Filsafat ..........1
Pengertian Teologi ........2
BAB II Pengaruh Filsafat dalam Perkembangan Teologi .... 3
Dampak Positif Pengaruh Filsafat
Terhadap Teologi...5
Dampak Negatif Pengaruh Filsafat Terhadap Teologi...7
BAB III Kesimpulan ........... 9
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem filsafat telah memberikan sumbangsih
dalam mendorong pikiran manusia yang menghasilkan penemuan dan pengertian
rahasia alam. Dalam hal inilah manusia mulai memakai rasio mereka untuk
mengungkapkan suatu kebenaran yang ingin dicapai tersebut, termasuk dalam
kemajuan perkembangan dalam ilmu teologia. Pada waktu filsafat menjadi senjata
menyerang iman kepercayaan, Penulis memberikan suatu pertanyaan, yaitu:
bagaimanakah orang Kristen boleh mempertahankan diri serta memberi jawaban yang
cukup kuat? Dan Apakah dampak postif dan negatif dari sumbangsih ilmu filsafat
dalam perkembangan ilmu teologi?
Pengertian
Filsafat
Secara etismologis, istilah “filsafat”, yang
merupakan padanan kata falsafah (bahasa
Arab)dan Philosophy (bahasa Inggris),
yang berarti philos (kekasih atau
sahabat) dan sophia (kebijaksanaan
atau kearifan). Jadi, filsafat dapat didefinisikan sebagai yang mencintai
kebijaksanaan atau sahabat pengetahuan.[1] Menurut Rene Descartes,
filsuf Prancis yang termasyur dengan argument Je pense, donc je suis, atau dalam bahasa latin “cogito ergo sum”, mengatakan bahwa
filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang paling pangkal
penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam, dan manusia.[2] Dari pernyataan tersebut,
bisa dikatakan bahwa filsafat adalah suatu ilmu yang terus mencari sesuatu
kebenaran atau ilmu disiplin intelektual tentang natur realita dan penyelidikan
terhadap prinsip-prinsip umum mengenai pengetahuan dan keberadaanya. Penulis
tertarik dengan pernyataan Dene Descartes mengenai pengertian filsafat yang
berunjuk pada segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah Tuhan,
alam dan manusia. Dari penyataan tersebut, penulis berpendapat bahwa manusia
mulai mencari suatu kebenaran menurut cara pandang seseorang tersebut memandang
untuk membuktikan suatu kebenaran tersebut. Filsafat ini melahirkan beberapa
ilmu pengetahuan yang dipakai manusia untuk mencari suatu kebenaran.
Pengertian
Teologi
Teologi
dalam bahasa Yunani disebut θεος, theos, "Allah,
Tuhan", dan λογια, logia, "kata-kata," artinya "ucapan," atau "wacana"
adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan.[3] Dengan demikian, teologi
adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Teologi meliputi segala sesuatu
yang berhubungan dengan Tuhan. Substansi
teologi adalah “saya percaya bahwa Tuhan ada sesuai dengan pernyataan Alkitab.
Dan saya percaya seluruh keterangan tentang penjelasan yang ada pada Alkitab”[4].
BAB II
Pengaruh
Filsafat dalam Perkembangan Teologi
Setelah mengetahui secara singkat pengertian
mengenai filsafat dan teologia. Penulis mencoba mencari akar masalah yang akan
dibahas di bab II ini mengenai Apakah ada pengaruh filsafat dalam perkembangan
teologi? Dan apa dampak positif maupun negative perkembangan filsafat tersebut
dalam perkembangan teologi hingga saat ini?
Teologi
adalah suatu sistem kepercayaan tentang Allah,sifat manusia,dunia,gereja,dan
topik-topik lainnya yang berhubungan dan dirumuskan untuk memampukan
orang-orang Kristen memahami dan menerima iman mereka.Secara klasik,filsafat
senantiasa terlibat dalam perkembangan sistem-sistem dalam menafsirkan realitas.
Jika kita mengetahui secara ringkas tentang awal mula terjadinya filsafat
karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi manusia mulai berikir rasional,
bahkan dalam ilmu teologi, menurut Jan Hendrik,[5]
yaitu:
1.
Ketakjuban, artinya manusia mulai kagum dengan
terjadinya suatu proses alam, yang memiliki subjek dan objek dalam penelitian
kekaguman tersebut.
2.
Ketidakpuasan, artinya manusia ingin keluar dari
setiap mitos-mitos dan mite-mite yang terus menjadi penghalang untuk
berkembang. Sehingga ketidak puasan itu membuat manusia terus menerus mencari
penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan menyakinkan.
3.
Hasrat bertanya, artinya manusia ketika mengalami
ketakjuban dan ketidak puasan, maka manusia mulai memiliki pertanyaan yang
radikal untuk mencari suatu kebenaran. Pertanyaan tidak boleh dianggap sepele
karena pertanyaanlah membuat kehidupan serta pengetahuan manusia berkembang dan
maju.
4.
Keraguan, artinya manusia sebagai penanya mempertanyakan
sesuatu kebenaran dengan maksud untuk memperjelas dan membuktikan suatu
kebenaran tersebut, sehingga muncul keraguan tentang sesuatu kebenaran yang
ada, dan terus mencari.
Dari
pernyataan tersebut jelaslah bahwa ada pengaruh yang diberikan filsafat bagi
ilmu pengetahuan manusia yang dipakai hingga sampai hari ini. Setelah beberapa
hal dibahas diatas, maka dari keempat hal tersebut, muncullah teologi yang sama
dengan pandangan Dene Descartes, yang membahas tentang Tuhan, dunia, dan
manusia. Pandangan ini muncul akibat manusia mulai bertanya-tanya dan mulai
mencari suatu kebenaran.
Dalam hubungan filsafat dan teologi,
Millard J. Erickson, menyatakan bahwa:[6]
1.
Teologia dan filsafat tidak ada hubungan sama
sekali. Pendapat ini dicetuskan oleh Tertulianus (160-230)
2.
Teologi dapat diuraikan dengan jelas oleh filsafat
(Augustinus).
3.
Teologi kadang-kadang diteguhkan oleh filsafat
(Thomas Aquinas).
4.
Teologi juga dapat dinilai oleh filsafat (Aliran
Deisme).
5.
Dalam beberapa kasus tertentu filsafat bahkan member
isi kepada teologi (Georg Hegel).
Dari kelima
hal ini dapat dikatakan bahwa filsafat memiliki hubungan yang sangat penting.
Namun apakah semua pengaruh filsafat terhadap teologi tersebut membawa dampak
positif atau malah sebaliknya membawa dampak yang negatif?
Dampak
Positif Pengaruh Filsafat Terhadap Teologi
Banyak orang Kristen yang menganggap bahwa
minat terhadap filsafat sebagai satu hal yang membuat kita menjadi ragu-ragu
dan permainan api yang membahayakan. Dimasa gereja yang mula-mula terdapat
orang-orang seperti Yustinus Martir (100- 165) dan Clement dari Alexandria (150-215)[7] yang berusaha menyakinkan
para pembacanya bahwa banyak orang kafir yang telah dipimpin kepada agama yang
benar melalui filsafat, dan mereka mengatakan bahwa filsafat bagi orang-orang
Yunani kuno merupakan semacam Perjanjian Lama bagi orang-orang Yahudi. Namun
pandangan-pandangan seperti itu berhasil disingkirkan oleh penulis-penulis
seperti Tertulianus (160-220) yang menentang semua Argumentasi mereka. Dia
memaparkan bahwa hikmat dunia tanpa iman tidak akan pernah dapat membawa
manusia kepada suatu pengenalan akan Kristus.
Filsafat tidak dimulai pada Abad Pertengahan, tetapi
Abad Pertengahan merupakan titik tolak yang baik untuk memulai suatu catatan
mengenai filsafat dan iman Kristen. Secara
klasik,filsafat senantiasa terlibat dalam perkembangan sistem-sistem dalam
menafsirkan realitas. Kita bersyukur untuk kemajuan dalam filsafat karena ilmu
itu lebih dipandang sebagai sumber yang menjelaskan makna dan hubungan. Charles
Greshman menegaskan "ilmu filsafat sebagai suatu metode menaruh perhatian
pada pikiran yang cermat.[8]
Ini merupakan suatu upaya untuk melihat segala hal seutuhnya dan menafsirkan
data yang disajikan oleh seliruh aspek realitas. Sebagai isi ,filsafat berupaya
menyuguhkan jawaban yang komphrehensif terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar.
Teologi menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : apakah sifat manusia ? apakah
tujuan kita hidup? Walaupun Kitab Suci berbicara dan menjelaskan
pertanyaan-pertanyaan berikut,justru ilmu filsafatlah yang berinteraksi secara
langsung dengan pertanyaan-pertanyaan ini : Apakah hakekat realitas
(metafisika)? Apakah yang menjadi asal mula dari alam dan manusia? Apakah
hakikat pengetahuan? dan bagaimana seseorang dapat mengetahui sesuatu
(epistimologi)? Apakah tujuan akhir dari manusia dan dunia? Dalam hal ini Allah
dimengerti sebagai Realitas yang paling mengagumkan dan mendebarkan. Tentulah
dalam arti terakhir itu berteologi adalah berfilsafat juga. Dengan pernyataan
diatas, Penulis melihat bahwa filsafat sebagai ilmu pengetahuan, dapat
memberikan dampak postif juga dalam perkembangan ilmu teologi.
Dampak Negatif
Pengaruh Filsafat Terhadap Teologi
Selain
kegunaan filsafat berdampak postif dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan juga
teologi, ternyata filsafat pun dapat membawa dampak negatif juga bagi
perkembangan teologi. Memang harus diakui betapa pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan sehingga manusia mulai percaya bahwa ilmu pengetahuan benar-benar
mahakuasa. Oleh sebab itu manusia mulai memandang bahwa ilmu pengetahuan adalah
segala-galanya. Sehingga manusia lebih cenderung memfokuskan diri terhadap ilmu
pengetahuan dan mulai meninggalkan iman mereka. Disamping itu, ilmu pengetahuan
tidak mempersoalkan asas dan hakikat realitas. Filsafat menggiring manusia
untuk berpikir lebih realitas, sehingga dari hasil tersebut membawa manusia
mulai berpikiran liberal. Menurut Sunoto[9] filsafat adalah usaha manusia
dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang memuaskan
hati. Jika teologi dimulai dari “saya percaya adanya Tuhan”. Sedangkan filsafat
mampu bertanya, “Ada apa dibelakang Tuhan? Siapa yang ada sebelum Allah? Bila
Tuhan belum ada, siapa yang memerintah? Bagaimana rupa dan wujud Allah? Apa
yang ada dalam pikiran Allah?[10] Oleh sebab itu filsafat
pun dapat memberikan dampak yang negatif dalam teologi yaitu manusia menjadi
berpikir liberal dan pada akhirnya menajadikan suatu bidat atau aliran-aliran
yang menentang adanya Tuhan. Semakin manusia tersebut berpikir radikal tanpa
memegang iman percayanya, secara otomatis manusia tersebut akan terbawa arus
filsafat yang berpikir liberal dan akhirnya iman percayanya kepada Tuhan pun
mulai “mati” secara rohani. Salah satu contoh ialah pengaruh dari teori Darwin
yang mengakar dalam ilmu pengetahuan dan munculnya paham-paham komunis yang
menyatakan bahwa tidak ada Allah atau
paham Atheis. Dan ini pun terjadi pada abad-abad pertengahan yang memiliki
cara pandang tersendiri terhadap perkembangan ilmu teologi. Dan akhirnya muncul
Teologi Liberal yang tahun-tahun akhir abad 18 dan seluruh abad 19 yang
cenderung menggunakan rasio pikiran mereka daripada iman percaya mereka
terhadap Tuhan. sehingga muncul banyak aliran-aliran dari cara pandang teologi
tersebut, hingga saat ini pun berdampak besar bagi perkembangan teologi yang
kita rasakan sampai hari ini.
Kesimpulan
Penulis mengambil suatu kesimpulan
tentang pengaruh perkembangan filsafat terhadap ilmu teologi. Jika kita
perhatikan dari pengertian filsafat hingga kepada teologi tersebut, maka akan
terbentuk adanya kesatuan yang bermakna positif maupun negatif dalam
perkembangan teologi tersebut. Dengan pemaparan diatas penulis mengambil
kesimpulan bahwa seharusnya teologi adalah sentral yeng member nilai. Walaupun
filsafat bertugas member nilai terhadap disiplin ilmu yang ada, nilai kebenaran
yang hakiki terletak pada teologi yaitu Teologi Alkitabah. Penulis setuju
dengan gambar yang dibuat oleh Sutono, yaitu:[11]
|
||||
|
||||
|
Sunoto
melihat bahwa Teologi adalah central yang seharusnya mempengaruhi semua aspek
dari ilmu pengetahuan dan filsafat. Misalnya ia melihat manusia, kemudian
mengatakan itu adalah manusia. Ini berarti ia telah mempunyai pengetahuan
tentang manusia. Dan jika seandainya ia terus melanjutkan pertanyaan kembali,
misalmnya, dari mana manusia itu berasal, bagaimana susunannya, kemana
tujuannya dan sebagainya, akan diperoleh jawabanya berupa ilmu antrophologi.
Seterusnya jika seseorang masih bertanya mengenai apa manusia itu atau apa
hakikat manusia itu maka jawabannya akan berupa suatu filsafat. Sehingga terus
membuat pertanyaan sehingga muncul dari manakah manusia itu berada, dan muncul
ilmu teologi sebagai central menjawab semuanya itu yaitu kembali kepada manusia
ada pasti ada yang menciptakan, yaitu Tuhan Allah. Banyak para ahli yang
terjebak dengan filsafat yang membuat berpikir radikal dan mulai meninggalkan
iman percaya kepada Tuhan, sehingga muncul Teologi Liberal dan paham-paham yang
lain yang berlandaskan pada alam pikiran manusia saja. Dari semuanya itu lebih
baik ketika kita mulai berfilsafat maka patokan yang menjadi dasar ialah firman
Tuhan yaitu teologi Alkitabiah.
DAFTAR
PUSTAKA
Rapar, Jan Hendrik. Pengantar Filsafat.
1996. Yogyakarta: Kanisius
Dister, Niko. Pengantar Teologi. 1991.
Yogyakarta: Kanisius.
Situmorang, Jonar. Filsafat Dalam Terang Iman
Kristen. 2004. Yogyakarta: Andi.
Millard J. Erickson. Teologi Kristen.
1999. Malang: Gandum Mas.
Sunoto. Mengenal Filsafat Pancasila, Pendekatan
Melalui metafisika, logika, dan etika. 1987 Yogyakarta: Hanindita.
Agus Miradi. Siapakah Manusia Pertama Itu?,
2000. Jakarta: Yayasan Tunas daud.
Brown, Colin. Filsafat dan Iman Kristen.
2008. Surabaya: Momentum
[1] Rapar, Jan Hendrik. Pengantar
Filsafat. 1996. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 14
[2] Ibid, hal. 15
[3] Dister, Niko. Pengantar
Teologi. 1991. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 33
[4] Situmorang, Jonar. Filsafat
Dalam Terang Iman Kristen. 2004. Yogyakarta: Andi . hal. 123
[5]Rapar, Jan Hendrik. Pengantar
Filsafat. 1996. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 16 - 18
[6] Millard J. Erickson. Teologi
Kristen. 1999. Malang: Gandum Mas. Hal. 46-48
[7] Brown, Colin. Filsafat
dan Iman Kristen. 2008. Surabaya: Momentum. Hal. 2
[8]
Dister, Niko. Pengantar
Teologi. 1991. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 34
[9] Sunoto. Mengenal
Filsafat Pancasila, Pendekatan Melalui metafisika, logika, dan etika. 1987 Yogyakarta: Hanindita. Hal. 10
[10] Agus Miradi. Siapakah
Manusia Pertama Itu?, 2000. Jakarta: Yayasan Tunas daud. Hal. 2
[11] Ibid. hal. 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar