BAB I
PENDAHULUAN
Anak
hiperaktif merupakan golongan anak yang berkebutuhan khusus,dalam artian anak
yang harus mendapatkan perhatian khusus didalam proses belajarnya.Hal itu
dikarenakan anak ini mempunyai karakteristik yang khas didalam kehidupan
kesehariannya.Pada intinya anak ini tidak sama dengan anak-anak yang
lainnya,baik itu dalam pola pikirnya, cara belajarnya dan yang paling mencolok
adalah dalam tingkah lakunya. Anak ini
cenderung lebih aktif bila dibandingkan dengan anak yang lainnya.
Hal
tersebut dikarenakan anak ini mempunyai sifat cepat bosan dengan suatu
hal.Mereka tidak mau terpaku pada suatu hal saja secara pasif.Bila suatu hal
telah membuat mereka bosan, maka mereka mengambil inisiatif untuk mengalihkan
perhatian kepada hal lain yang lebih menarik. Dengan adanya kesadaran akan
adanya karakter yang khas pada anak ini, maka diharapkan kepada para pendidik
serta orang tua pada khususnya untuk bisa menindaklanjuti dengan memberikan
perhatian yang khusus pula kepada mereka, yakni dengan cara menerapkan strategi
pembelajaran yang tepat, salah satunya bisa dengan strategi yang akan dikupas
dalam laporan penelitian ini. Jangan sampai memberikan perlakuan yang salah
terhadap anak-anak ini.
PENGERTIAN TENTANG ANAK
HIPERAKTIF
Anak
yang hiperaktif umumnya bersifat agresif, penuh semangat, tidak dapat tenang,
sulit diajar, tidak tahan lama melakukan satu aktivitas. Biasanya juga sulit
bergaul dengan teman sebaya, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh guru dan juga sulit menaati orangtua dan guru. Setelah dewasa umumnya
mengalami masalah dalam emosi, suka bermabuk-mabukan atau melakukan pelanggaran
hukum. Sebenarnya keaktifan itu tidak mereka inginkan, namun mereka sulit untuk
duduk dengan tenang dan memperlambat gerakan mereka karena mereka didorong oleh
suatu kekuatan yang sulit dijelaskan, dan sulit diubah.
Pada
tahun 1845, Dr. Heinrich Hoffmann mengumpulkan cerita anak-anak yang berisi
pelajaran moral dan kemudian melalui penelitian tersebut mengunakan istilah
yang berbeda untuk melukiskan sifat hiperaktif. Dan melalui pengamatan,
kira-kira di tahun 1902, Dr. G.F. Still menguraikan bahwa ada beberapa perilaku
tertentu yang menjadi ciri anak-anak tersebut. Tetapi sebelum menyelidiki
secara akurat, ia sudah tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan bahwa perilaku
tersebut adalah hasil dari kesalahan pendidikan keluarga. Setelah itu dalam
banyak tahun bermunculanlah istilah-istilah, seperti: perhatian, deficit
disorder, masalah perilaku fungsional, dyslexia, sindrom anak hiperaktif,
sindrom impulsif hiperkinetik, ketidakmampuan dalam belajar, sindrom kerusakan
otak minimal, ketidakmampuan belajar secara khusus, dan sebagainya.
PERNYATAAN MASALAH
Masalah intelek
Anak
hiperaktif jelas mengalami gangguan dalam otak. Ia sulit menentukan mana yang
penting dan mana yang harus diprioritaskan terlebih dulu, selain sulit
menyelesaikan pelajaran, sering tidak dapat berkonsentrasi dan pelupa.
Adakalanya mereka sulit mengerti pembicaraan orang secara umum, apalagi
terhadap petunjuk yang mengandung langkah-langkah atau tahapan-tahapan. Ia
sulit menggabungkan satu hal dengan hal lainnya, kurang kendali diri, tidak
dapat berencana atau menduga apa akibat yang dilakukannya, susah bergaul,
kemampuan belajar lemah. Daya pikir penangkapannya lemah sehingga sulit untuk
menghadapi pelajaran matematika. Karena mengalami luka di otak, mereka sering
tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan, khususnya ketika masuk ke suasana
kelas yang dinamis, emosinya menjadi mudah terangsang. Perilaku yang sulit
diduga itu kadang membuat orangtua, guru atau teman-temannya merasa khawatir.
Kadangkala mereka
sadar harus mematuhi peraturan, tetapi tidak mampu mengendalikan diri. Ia juga
mengalami kesulitan dalam mengutarakan pikiran dan perasaan melalui kata-kata,
sering kacau dalam menanggapi citra yang diterima, misalnya: "m"
dengan "w", "d" dianggap "b" atau "p"
dianggap "q", dan sebagainya sehingga mengalami kesulitan dalam
membaca.
Masalah biologis
Mereka
suka sekali berlari-lari dan sulit untuk menyuruh mereka diam, sepertinya
sedang begitu sibuk melakukan sesuatu sehingga tidak dapat beristirahat,
meraba, dan menyentuh benda-benda untuk merasakan lingkungan di sekitarnya,
suka berteriak dan ribut, semangatnya kuat. Anak hiperaktif juga peka terhadap
bahan kimia, obat, bulu, debu, dan barang kosmetik. Mereka juga sensitif
terhadap makanan tertentu, seperti: coklat, jagung, telor ayam, susu, kedelai,
daging, babi, gula, dan gandum. Mereka sulit tidur dengan nyenyak dan mudah
terbangun, dan kebiasaan tidur mereka bermacam-macam: ada yang bermimpi sambil
berjalan, menggigau atau mengompol. Mereka tidak dapat berolahraga dengan
banyak gerak dan banyak tenaga, seperti bersepeda atau lompat tali. Sebaliknya
gerakan tenang pun bermasalah, misalnya bila disuruh menulis, mewarnai, atau
menggambar, mereka tidak dapat menggunakan alat tulis dengan baik.
Masalah emosi
Anak
hiperaktif umumnya bersifat egois, kurang sabar, dan emosional, bila berbaris
selalu berebutan, tidak sabar menunggu, bermain kasar, suka merusak, tidak
takut bahaya, dan sembrono sehingga besar kemungkinan bisa mengalami
kecelakaan. Pernyataan emosinya sangat ekstrim dan kurang kendali diri. Juga
emosi sering berubah-ubah sehingga tidak mudah diduga, kadang begitu senang dan
ceria, tetapi sebentar kemudian marah dan sedih. Seorang ahli berpendapat bahwa
yang sangat dibutuhkan mereka adalah melatih mereka untuk dapat mengendalikan
diri.
Masalah moral
Karena
mengalami berbagai masalah seperti di atas, maka mereka pun tidak memiliki
kepekaan dalam hati nurani. Ia bisa mencuri uang orangtua atau permen di toko,
tidak mengembalikan barang yang dipinjam, masuk ke kamar orang lain, mencela
pembicaraan orang, mencuri dengar pembicaraan telepon orang lain sehingga kesan
orang banyak adalah anak ini bermasalah dan bermoral rendah.
PENYELESAIAN MASALAH
Ada
banyak orangtua yang tahu bahwa penyebab anak berperilaku demikian hanya karena
masalah biologis, lalu menanggapinya tidak dengan serius, tetapi ada juga yang
menanggapi secara serius dan menghajarnya ketika mereka berperilaku agresif.
Namun bila terus- menerus dihukum dan dipukul, tidak akan mempan terhadap anak
seperti ini. Lalu bagaimana cara mengajar mereka?
1. Penggunaan
obat
Dokter umumnya
menganjurkan penggunaan obat untuk menolong anak yang hiperaktif, dan hal itu
pun sudah dibuktikan bermanfaat dalam menenangkan mereka. Jikalau masalahnya
cukup serius dan penyebabnya bukan masalah emosi, maka penggunaan obat harus
sesuai dengan petunjuk dokter dan jangan sampai ada efek sampingannya. Penting
sekali untuk berkonsultasi dengan dokter ahli saraf.
2. Pengaturan
makanan.
Dalam konsultasi dengan dokter sebaiknya orangtua menanyakan apakah anaknya itu alergi terhadap satu macam makanan dan apakah perlu ada pengendalian terhadap makanan, sebab ada banyak bukti terhadap kebenaran ini.
Dalam konsultasi dengan dokter sebaiknya orangtua menanyakan apakah anaknya itu alergi terhadap satu macam makanan dan apakah perlu ada pengendalian terhadap makanan, sebab ada banyak bukti terhadap kebenaran ini.
3. Hindarkan
pemanjaan.
Anak jangan dimanjakan kalau tahu bahwa penyebab hiperaktifnya karena masalah biologis. Orangtua harus bertahan dengan peraturan yang telah diberikan dan menuntut anak agar menaatinya. Tunjukkan dengan mantap dan wibawa bahwa orangtua ingin ditaati oleh anak-anaknya supaya pernyataan ini juga memberi rasa aman kepada anak. Sikap bertahan ini bukan berarti kejam, keras, diktator atau berhati baja, tetapi sebaliknya justru untuk membina dan mengajar anak tentang apa yang harus mereka lakukan.
Anak jangan dimanjakan kalau tahu bahwa penyebab hiperaktifnya karena masalah biologis. Orangtua harus bertahan dengan peraturan yang telah diberikan dan menuntut anak agar menaatinya. Tunjukkan dengan mantap dan wibawa bahwa orangtua ingin ditaati oleh anak-anaknya supaya pernyataan ini juga memberi rasa aman kepada anak. Sikap bertahan ini bukan berarti kejam, keras, diktator atau berhati baja, tetapi sebaliknya justru untuk membina dan mengajar anak tentang apa yang harus mereka lakukan.
4. Menciptakan
lingkungan yang tenang.
Usahakan untuk menciptakan suasana yang tenang di tempat anak itu biasa bergerak, misalnya: di kamar atau di ruang bermain. Bila lingkungan tempat tinggalnya sangat bising, sebaiknya pindah rumah agar anak itu dapat bertumbuh dalam situasi yang baik.
Usahakan untuk menciptakan suasana yang tenang di tempat anak itu biasa bergerak, misalnya: di kamar atau di ruang bermain. Bila lingkungan tempat tinggalnya sangat bising, sebaiknya pindah rumah agar anak itu dapat bertumbuh dalam situasi yang baik.
5. Memilih
acara teve dengan hati-hati.
Acara teve yang menampilkan adegan kekerasan, lagu yang ribut dan sinar yang bergerak menyilaukan, dapat merangsang anak dan mengakibatkan mereka emosional. Cegahlah anak untuk meniru adegan-adegan yang tidak baik. Oleh sebab itu, pilihlah acara teve yang beradegan lembut dan baik.
Acara teve yang menampilkan adegan kekerasan, lagu yang ribut dan sinar yang bergerak menyilaukan, dapat merangsang anak dan mengakibatkan mereka emosional. Cegahlah anak untuk meniru adegan-adegan yang tidak baik. Oleh sebab itu, pilihlah acara teve yang beradegan lembut dan baik.
6. Gunakan
tenaga ekstra dengan tepat.
Anak ini kurang dapat mengendalikan diri dan apabila sikap agresifnya dapat disalurkan dalam aktivitas yang tepat, maka itu akan mengurangi keonaran, misalnya dengan mengizinkan dia mengikuti aktivitas di luar rumah atau membuat pekerjaan rumah bersama teman atau mengikutsertakan dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga dengan demikian ia dapat menyalurkan tenaga ekstranya dengan benar.
Anak ini kurang dapat mengendalikan diri dan apabila sikap agresifnya dapat disalurkan dalam aktivitas yang tepat, maka itu akan mengurangi keonaran, misalnya dengan mengizinkan dia mengikuti aktivitas di luar rumah atau membuat pekerjaan rumah bersama teman atau mengikutsertakan dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga dengan demikian ia dapat menyalurkan tenaga ekstranya dengan benar.
7. Membimbing
dalam kebenaran.
Meski anak hiperaktif sering tidak mampu menguasai diri dengan perilakunya, orangtua atau guru tidak seharusnya bersikap acuh dan menyerah. Setiap perilaku yang tidak dapat diterima harus dicegah, kemudian tentukan suatu standar yang sesuai dengan kebenaran. Perlu ada kesabaran untuk mengajarkan hal ini, walaupun harus dilakukan berulang-ulang. Bila orangtua tidak putus asa, anak akan mempunyai harapan untuk disembuhkan. Didiklah mereka selalu, untuk berdoa kepada Tuhan dan bersandar pada pertolongan-Nya. Jika mereka berbuat dosa, mohonlah pengampunan kepada Allah karena Ia telah berjanji, "Jika engkau mengaku dosa, Allah itu setia dan adil, Ia akan mengampuni dosa kita menyucikan segala kesalahan kita" (1Yohanes 1:19). Maka sejauh mereka mampu mengendalikan perilaku mereka, kebenaranlah yang harus menjadi dasar yang harus mereka tuntut.
Meski anak hiperaktif sering tidak mampu menguasai diri dengan perilakunya, orangtua atau guru tidak seharusnya bersikap acuh dan menyerah. Setiap perilaku yang tidak dapat diterima harus dicegah, kemudian tentukan suatu standar yang sesuai dengan kebenaran. Perlu ada kesabaran untuk mengajarkan hal ini, walaupun harus dilakukan berulang-ulang. Bila orangtua tidak putus asa, anak akan mempunyai harapan untuk disembuhkan. Didiklah mereka selalu, untuk berdoa kepada Tuhan dan bersandar pada pertolongan-Nya. Jika mereka berbuat dosa, mohonlah pengampunan kepada Allah karena Ia telah berjanji, "Jika engkau mengaku dosa, Allah itu setia dan adil, Ia akan mengampuni dosa kita menyucikan segala kesalahan kita" (1Yohanes 1:19). Maka sejauh mereka mampu mengendalikan perilaku mereka, kebenaranlah yang harus menjadi dasar yang harus mereka tuntut.
BAB II
Dalam
proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah
tersebut adalah: pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran; teknik pembelajaran; taktik pembelajaran; dan model pembelajaran.
Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan
kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut. Pendekatan pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach).
Dari
pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam
strategi pembelajaran. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan
mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya. Mempertimbangkan
dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk
mencapai sasaran, Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang
akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik, Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif, Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif. Maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk mencapai tujuan. Contoh: Guru A dengan guru B sama-sama menggunakan metode ceramah. Keduanya telah mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi hasilnya guru A berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya yang berbeda. Jadi tiap guru mungakui mempunyai teknik yang berbeda dalam melaksanakan metode yang sama.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik, Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif, Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif. Maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk mencapai tujuan. Contoh: Guru A dengan guru B sama-sama menggunakan metode ceramah. Keduanya telah mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi hasilnya guru A berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya yang berbeda. Jadi tiap guru mungakui mempunyai teknik yang berbeda dalam melaksanakan metode yang sama.
Dengan demikian, teknik pembelajaran
dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan
suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas
dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas
yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi,
perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif
dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat
berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Strategi Pembelajaran Bagi Anak
Hyperaktif
Dengan penjelasan diatas,
metode-metode yang dapat digunakan oleh seorang guru baik dalam sekolah ataupun
dalam sekolah minggu yang memiliki kendala terhadap anak yang Hyperaktif, dapat
menggunakan metode visual. Dengan Metode demikian ini memungkinkan memperkecil
masalah gangguan terhadap anak yang hyperaktif tersebut. Dari penjelasan
pengertian hyperaktif itu, penulis dapat mengetahui bahwa cara mengajarkan anak
tersebut dapat menggunakan metode tersebut. Karena ketiga tersebut adalah
metode yang menggunakan banyak daya kreatifitas, maka anak-anak yang hyperaktif
akan tertarik dengan hal demikian. Karena Fokus dalam pembentukan kerohanian
anak yang sangat ditekankan, maka mencoba untuk menerapkan strategi yang cocok
untuk dapat diterapakan kepada anak yang hyperaktif adalah mencoba untuk
menumbuhkan kerohaniannya.
Ddampak positif dari
penggunaan media pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Penyampaian
pelajaran menjadi lebih baku.
b. Pengajaran
bisa lebih menarik.
c. Pembelajaran
menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan
prinsip-prinsip
psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan
balik dan
penguatan.
d. Lama waktu
pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat
e. Kualitas
hasil pelajaran dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar
sebagai media
pengajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen
pengetahuan
dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan
jelas.
f. Pengajaran
dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan
terutama jika
media pengajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.
g. Sikap positif
siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses
belajar dapat
ditingkatkan.
h. Peran guru
dapat berubah ke arah yang lebih positif; beban guru untuk
penjelasan yang
berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi
bahkan
dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam
proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Mary Go Setiawani. Menerobos Dunia Anak. Bandung:
Yayasan Kalam Hidup,2000.
Drs.
Abu Ahmad. Didaktif Metodik Umum. Semarang: CV.
Toko Putra,
1987
Suryo Broto. Mengenai Metode Pengajaran dan Pendekatan
Suryo Broto. Mengenai Metode Pengajaran dan Pendekatan
Baru
dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta:
Amarta ,1995.
B.S. Sidjabat. Strategi Pendidikan Kristen. Yogyakarta: Andi, 1994.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina
Aksara,1989.
Http://www.ditplb.or.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar