Pages

About

Jumat, 03 Agustus 2012

KELAS PERSIAPAN GURU-GURU SEKOLAH MINGGU GIA KOPO PERMAI KE-4


KELAS PERSIAPAN KAA Minggu ke-2 (JULI)
TEMA : “Tuhan itu murah hati”                         (Kejadian 4:9-16)
Tujuan : Agar anak sekolah minggu mengetahui Tuhan itu murah hati

Penjelasan latar:
Kain adalah seorang petani yang mengolah tanahnya. Habel adalah seorang gembala kambing domba.
Mereka keduanya adalah anak-anak dari orang tua yang telah jatuh ke dalam dosa. Keduanya lahir di luar Taman Eden setelah Kejatuhan, setelah Tuhan mengumumkan kutuk atas umat manusia, setelah orang tua mereka dihalau keluar dari Taman itu. Rasul Paulus berkata, “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang” (Roma 5:12).
Jadi baik Kain dan Habel lahir dalam dosa, “pada dasarnya adalah orang-orang yang harus dimurkai” (Efesus 2:3). Mereka berdua secara natur telah bobrok dan menentang Tuhan, “Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya” (Roma 8:7). Seperti itulah, keduanya dilahirkan dalam kesalahan dan dikandung dalam dosa, dan keduanya membutuhkan keselamatan oleh Allah di dalam Kristus.
Mereka berdua bertumbuh dalam lingkungan yang sama, di rumah yang sama,bersama dengan kedua orang tua yang sama. Dr. McGee berkata, Kedua anak lelaki ini memiliki latar belakang yang sama. Mereka memiliki orang tua yang sama. Mereka memiliki lingkungan yang sama. Tidak ada yang berbeda di antara mereka… mereka memiliki orang tua dan lingkungan yang sama.
Ketika Allah menciptakan Adam dan Hawa, mereka sempurna dan murni; mereka belum berbuat kesalahan. Mereka suci dan tidak berdosa. Lalu Adam dan Hawa berdosa; mereka memberontak terhadap Allah. Ketika Kain dan Habel dilahirkan mereka sudah mempunyai sifat perseteruan dengan Allah oleh sebab Adam dan Hawa tidak lagi mempunyai persatuan dengan Allah. Kain dan Habel dilahirkan di luar Taman Eden.
Ketika anak-anak itu dewasa, Kain menjadi seorang petani dan Habel menjadi seorang gembala. Adam dan Hawa mengajar Kain dan Habel berbakti kepada Tuhan. Habel mempersembahkan seekor domba kepada Allah dan Kain mempersembahkan hasil dari cocok tanamnya. Allah menerima persembahan Habel sebab Habel beriman kepada Allah. Tetapi Allah tidak menerima persembahan dari Kain sebab Kain tidak beriman kepada Allah. Lalu Kain marah sekali. Lalu Allah berfirman kepada Kain, "Mengapa engkau marah? Mengapa mukamu geram? Jika engkau berbuat baik, pasti engkau tersenyum."
Allah bertanya kepada Kain, dan Kain menjawab bahwa ia tidak tahu mengenai adiknya. Allah sudah tahu bahwa Kain telah membunuh adiknya dan Allah menghukum Kain. Allah mengutuk Kain. Allah menentukan bahwa tanah yang ditanami Kain tidak akan menghasilkan apa-apa. Lagi pula, Kain akan menjadi seorang pelarian dan pengembara. Hukuman untuk Kain ialah pergi ke tempat yang lain. Lama setelah itu Kain menikah dan mempunyai banyak anak. Kain juga membangun kota yang pertama.

Penjelasan ayat
Kejadian 4:9 Firman TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?"
Sama seperti peristiwa kejatuhan Adam ke dalam dosa, Allah meminta pertanggungjawaban Kain melalui pertanyaan  “dimanakah?”,  yang jawabannya sebenarnya sudah diketahui oleh Allah. Kalau di 3:9 Allah menanyakan keberadaan Adam, di 4:9 Ia menanyakan keberadaan Habel. Jawaban Adam dan Kain juga relatif sama, yaitu tidak mau mengakui kesalahan secara langsung. Jawaban “aku tidak tahu” di ayat ini  merupakan kebohongan yang ironis. Allah sebenarnya tahu di mana Habel berada (4:10). Walaupun Kain berusaha membunuh Habel di padang (4:8) supaya tidak ada orang yang mengetahui tindakan tersebut, Allah tetap mengetahuinya karena Ia adalah mahatahu (Mzm 139). Ucapan Kain “apakah aku penjaga adikku?” mengharapkan jawaban negatif. Dalam taraf  tertentu hal ini memang benar. Dalam PL tidak ada seorang pun yang diberi tugas sebagai penjaga saudaranya. Kata “jaga” atau somer dalam bahasa Ibrani  merupakan istilah legal untuk seseorang yang ditunjuk sebagai penjaga sesuatu (bukan orang lain). Kata  “jaga” bahkan  lebih sering dikenakan pada Allah sebagai penjaga manusia atau umat-Nya. Dia adalah penjaga Israel (Bil 6:24) yang tidak pernah tertidur atau terlelap (Mzm 121:4-8).
            Kain sengaja melebih-lebihkan “tugas” sebagai penjaga adiknya dengan tujuan untuk menyangkalnya sama sekali. Allah jelas tidak menuntut dia menjaga adiknya sebagaimana Allah melakukannya.  Walaupun demikian, ini tidak berarti bahwa ia bebas dari tanggung-jawab terhadap adiknya sama sekali. Ia bukan penjaga, tetapi ia tetap harus menjaga nyawa orang lain Kejadian 9:5-6 “Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.” Kesamaan sebagai gambar Allah merupakan dasar kasih dan kesatuan antar manusia. Kalau taman saja ditentukan Allah untuk dipelihara (Kejadian 2:15) TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu’, apalagi sesama manusia. Dari perspektif budaya kuno yang sangat menghormati relasi kekeluargaan, terutama dalam konteks masyarakat Israel, pembunuhan yang dilakukan Kain adalah perbuatan yang sangat tidak  terpuji.  Salah satu inti  dari seluruh perintah dalam PL adalah mengasihi sesama manusia (Mat 22:39-40), yang oleh bangsa Yahudi dipahami terutama dalam batasan satu bangsa (Im 19:18; Luk 10:29). Tidak heran, istilah “saudara” seringkali digunakan dalam arti
“sebangsa” (Ul 1:16; 15:12). Secara khusus dalam konteks persaudaraan kandung, bangsa Israel bahkan dituntut untuk menghormati nama saudaranya yang mati tanpa meninggalkan keturunan dengan cara menikahi isteri saudaranya tersebut (38:6-10; Ul 25:5-10). Ketika ada seorang Israel yang jatuh miskin dan menjual dirinya sebagai budak, maka saudaranya yang mampu berkewajiban untuk menebus orang itu (Im 25:47-48).

4:10 Firman-Nya: "Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah.
Ini tentu tidak boleh diartikan secara hurufiah dimana darah Habel betul-betul berteriak kepada Allah, atau bahwa Habel menginginkan Allah membalas dendam kepada Kain. Artinya adalah: Allah melihat darah Habel yang dicurahkan oleh Kain, dan itu menyebabkan Allah bertindak untuk menghukum Kain. . Menumpahkan darah menyebabkan tanah menjadi tercemar dan harus diadakan pembalasan terhadap pelaku pembunuhan (Bil 35:33) “Jadi janganlah kamu mencemarkan negeri tempat tinggalmu, sebab darah itulah yang mencemarkan negeri itu, maka bagi negeri itu tidak dapat diadakan pendamaian oleh karena darah yang tertumpah di sana, kecuali dengan darah orang yang telah menumpahkannya.” Tatkala seseorang melakukan pembunuhan secara tidak disengaja, ia disediakan kota perlindungan supaya ia jangan dibunuh sampai ia selesai menjalani pengadilan (Bilangan 35:9-34; Ulangan 19:1-13). Darah Habel yang berseru dari dalam tanah merupakan sebuah gambaran yang ironis. Dalam peristiwa di Kejadian 4 ia sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun. Kematiannya justru mengeluarkan suara yang lebih keras. Melalui imannya ia tetap berseru kepada Allah walaupun ia sudah mati (Ibr 11:4). Darah Habel menyerukan keadilan. Walaupun darah Habel
mendakwa orang berdosa, namun darah Yesus Kristus “berbicara lebih kuat daripada darah Habel” (12:24), karena darah Yesus bukan untuk menuntut balas tetapi menebus orang berdosa.

Kejadian 4:11-12 Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.
Ayat ini mencantumkan  berisi  hukuman yang harus ditanggung oleh Kain. Walaupun dari perspektif Kain hukuman tersebut tampak sangat berat (4:13), namun semua itu sebenarnya masih lebih ringan daripada seharusnya. Seorang pembunuh manusia, apalagi yang dilandaskan pada kebencian dan dilakukan secara terencana, harus dihukum mati (9:5-6; Ulangan 19:11-12). Bagaimanapun, Kain tidak dibunuh oleh Tuhan. Ia bahkan dilindungi dari orang lain yang mau membunuhnya (4:15). Ini menyiratkan aspek anugerah dalam hukuman Allah. Sama seperti Adam dan Hawa juga mendapatkan anugerah di tengah hukuman serius yang mereka harus tanggung, demikian pula Kain tidak menerima setimpal dengan kesalahannya (Mzm
103:10). Kutukan untuk Kain merupakan hal yang cukup mengagetkan. Di pasal 3 Allah hanya mengutuk ular (3:14) dan tanah (3:17). Untuk pertama kalinya Allah mengutuk seorang manusia. Ini merupakan perkembangan negatif yang serius. Bagian ini menjelaskan bagaimana kutukan di 4:11 akan terlaksana. Tanah yang sudah dikutuk oleh Allah karena dosa Adam (3:17) ternyata bukanlah tanah yang terjelek. Tanah yang akan diolah oleh Kain lebih buruk (4:12). Sebelumnya Kain masih bisa mendapatkan hasil positif dari tanahnya (sekalipun ini tentu saja diperoleh dengan susah-payah, kejadian 3:17-19), namun kini situasi menjadi tambah sulit.

Kejadian 4:13-16 Kata Kain kepada TUHAN: "Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung. Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku." Firman TUHAN kepadanya: "Sekali-kali tidak! Barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat." Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh barangsiapa pun yang bertemu dengan dia. Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden.
ungkapan Kain merupakan sebuah keluhan. Kain hanya mengasihi dirinya sendiri, bukan bertobat. Pengusiran dari hadirat TUHAN (4:16) bahkan dipandang sebagai bukti bahwa Allah tidak mengampuni Kain. Adam dan Hawa juga tetap diusir dari taman Eden (3:22-24), namun hal itu tidak mungkin ditafsirkan sebagai bukti bahwa mereka tidak mendapatkan pengampunan dari Allah. Di sisi lain, sebagian ahli bersikukuh bahwa ungkapan Kain di 4:13 harus dipahami sebagai permohonan ampun. Alasan yang diberikan umumnya didasarkan pada perlindungan yang diberikan TUHAN kepada Kain (4:15). Perlindungan ini dilihat sebagai bukti bahwa Allah
sudah mengampuni dosa Kain. Pengusiran yang ia jalani bukan hanya secara geografis, tetapi teologis. Ia bukan hanya jauh dari Allah, tetapi tersembunyi dari hadapan-Nya. Ini menyiratkan keadaan Kain yang ditinggalkan
dan dilupakan oleh Allah (Mzm 13:2; 22:1). Tersembunyi dari hadapan Tuhan dalam kasus Kain bukan hanya jauh dari Tuhan, tetapi selalu diliputi oleh ketakutan akibat dosa. ia menjadi pengembara yang selalu
resah.  Keempat,  ia akan menjadi korban pembunuhan.  Keterpisahan dari Allah akan menghasilkan ketakutan kepada manusia (Ay 15:20-25).  Ketakutan Kain  merupakan sesuatu yang ironis. Kata “tujuh kali lipat” sepertinya berarti pembalasan yang lengkap. “tanah Nod” adalah suatu kata Ibrani untuk “mengembara” atau “tanah dari para pengembara” Ini jelas merupakan permainan pada nama Kain. Kita tidak tahu di mana lokasi dari tempat ini namun yang pasti lebih ke sebelah timur lagi dari Eden daripada tempat Adam dan hawa pergi.
Hal yang dapat dipelajari:
1.      Allah itu Mahabenar -- Allah menerima Habel dan persembahannya oleh sebab Habel beriman kepada Allah.
2.      Allah itu Mahatahu -- Sebelum Allah bertanya kepada Kain, Allah sudah mengetahui bahwa Kain telah membunuh Habel.
3.      Allah Mahasuci -- Allah membenci dosa. Allah menghukum Kain sebab dia sudah berdosa.
4.      Allah itu Maharahmat -- Set dilahirkan supaya Allah dapat memenuhi janji-Nya melalui keturunan Adam.
5.      Allah itu Sumber Rahmat -- Allah menasihati Kain supaya dia berbuat benar dan beriman kepada-Nya seperti Habel. Allah tidak mengizinkan seorang pun membunuh Kain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar