KELAS
PERSIAPAN KAA Minggu ke-2 (JULI)
TEMA : “Tuhan itu murah hati” (Kejadian
4:9-16)
Tujuan :
Agar anak sekolah minggu mengetahui Tuhan itu murah hati
Penjelasan latar:
Kain
adalah seorang petani yang mengolah tanahnya. Habel adalah seorang gembala kambing domba.
Mereka keduanya adalah anak-anak dari orang tua yang telah
jatuh ke dalam dosa. Keduanya
lahir di luar Taman Eden setelah Kejatuhan, setelah Tuhan mengumumkan kutuk
atas umat manusia, setelah orang tua mereka dihalau keluar dari Taman itu.
Rasul Paulus berkata, “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia
oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah
menjalar kepada semua orang” (Roma 5:12).
Jadi baik Kain dan Habel lahir
dalam dosa, “pada dasarnya adalah orang-orang yang harus dimurkai” (Efesus
2:3). Mereka berdua secara natur telah bobrok dan menentang Tuhan, “Sebab
keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk
kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya” (Roma 8:7). Seperti
itulah, keduanya dilahirkan dalam kesalahan dan dikandung dalam dosa, dan
keduanya membutuhkan keselamatan oleh Allah di dalam Kristus.
Mereka berdua bertumbuh dalam
lingkungan yang sama, di rumah yang
sama,bersama dengan kedua orang tua yang sama. Dr. McGee berkata, Kedua anak lelaki ini memiliki latar belakang
yang sama. Mereka memiliki orang tua yang sama. Mereka memiliki lingkungan yang
sama. Tidak ada yang berbeda di antara mereka… mereka memiliki orang tua dan
lingkungan yang sama.
Ketika Allah menciptakan Adam dan Hawa, mereka sempurna dan
murni; mereka belum berbuat kesalahan. Mereka suci dan tidak berdosa. Lalu Adam
dan Hawa berdosa; mereka memberontak terhadap Allah. Ketika Kain dan Habel
dilahirkan mereka sudah mempunyai sifat perseteruan dengan Allah oleh sebab
Adam dan Hawa tidak lagi mempunyai persatuan dengan Allah. Kain dan Habel
dilahirkan di luar Taman Eden.
Ketika
anak-anak itu dewasa, Kain menjadi seorang petani dan Habel menjadi seorang
gembala. Adam dan Hawa mengajar Kain dan Habel berbakti kepada Tuhan. Habel
mempersembahkan seekor domba kepada Allah dan Kain mempersembahkan hasil dari
cocok tanamnya. Allah menerima persembahan Habel sebab Habel beriman kepada
Allah. Tetapi Allah tidak menerima persembahan dari Kain sebab Kain tidak
beriman kepada Allah. Lalu Kain marah sekali. Lalu Allah berfirman kepada Kain,
"Mengapa engkau marah? Mengapa mukamu geram? Jika engkau berbuat baik,
pasti engkau tersenyum."
Allah bertanya kepada Kain, dan Kain menjawab bahwa ia tidak
tahu mengenai adiknya. Allah sudah tahu bahwa Kain telah membunuh adiknya dan
Allah menghukum Kain. Allah mengutuk Kain. Allah menentukan bahwa tanah yang
ditanami Kain tidak akan menghasilkan apa-apa. Lagi pula, Kain akan menjadi
seorang pelarian dan pengembara. Hukuman untuk Kain ialah pergi ke tempat yang
lain. Lama setelah itu Kain menikah dan mempunyai banyak anak. Kain juga
membangun kota yang pertama.
Penjelasan ayat
Kejadian 4:9 Firman TUHAN kepada
Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu!
Apakah aku penjaga adikku?"
Sama
seperti peristiwa kejatuhan Adam ke dalam dosa, Allah meminta pertanggungjawaban
Kain melalui pertanyaan “dimanakah?”, yang jawabannya sebenarnya sudah diketahui
oleh Allah. Kalau di 3:9 Allah menanyakan keberadaan Adam, di 4:9 Ia menanyakan
keberadaan Habel. Jawaban Adam dan Kain juga relatif sama, yaitu tidak mau mengakui
kesalahan secara langsung. Jawaban “aku tidak tahu” di ayat ini
merupakan kebohongan yang ironis. Allah sebenarnya tahu di mana Habel
berada (4:10). Walaupun Kain berusaha membunuh Habel di padang (4:8) supaya
tidak ada orang yang mengetahui tindakan tersebut, Allah tetap mengetahuinya
karena Ia adalah mahatahu (Mzm 139). Ucapan Kain “apakah aku penjaga adikku?” mengharapkan jawaban negatif. Dalam
taraf tertentu hal ini memang benar.
Dalam PL tidak ada seorang pun yang diberi tugas sebagai penjaga saudaranya.
Kata “jaga” atau somer dalam bahasa Ibrani merupakan istilah legal untuk seseorang yang
ditunjuk sebagai penjaga sesuatu (bukan orang lain). Kata “jaga” bahkan
lebih sering dikenakan pada Allah sebagai penjaga manusia atau umat-Nya.
Dia adalah penjaga Israel (Bil 6:24) yang tidak pernah tertidur atau terlelap
(Mzm 121:4-8).
Kain sengaja melebih-lebihkan
“tugas” sebagai penjaga adiknya dengan tujuan untuk menyangkalnya sama sekali.
Allah jelas tidak menuntut dia menjaga adiknya sebagaimana Allah melakukannya. Walaupun demikian, ini tidak berarti bahwa ia
bebas dari tanggung-jawab terhadap adiknya sama sekali. Ia bukan penjaga,
tetapi ia tetap harus menjaga nyawa orang lain Kejadian 9:5-6 “Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa
kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya,
dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. Siapa yang
menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah
membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.” Kesamaan sebagai
gambar Allah merupakan dasar kasih dan kesatuan antar manusia. Kalau taman saja
ditentukan Allah untuk dipelihara (Kejadian
2:15) TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu’, apalagi sesama manusia. Dari
perspektif budaya kuno yang sangat menghormati relasi kekeluargaan, terutama
dalam konteks masyarakat Israel, pembunuhan yang dilakukan Kain adalah
perbuatan yang sangat tidak
terpuji. Salah satu inti dari seluruh perintah dalam PL adalah
mengasihi sesama manusia (Mat 22:39-40), yang oleh bangsa Yahudi dipahami
terutama dalam batasan satu bangsa (Im 19:18; Luk 10:29). Tidak heran, istilah
“saudara” seringkali digunakan dalam arti
“sebangsa”
(Ul 1:16; 15:12). Secara khusus dalam konteks persaudaraan kandung, bangsa
Israel bahkan dituntut untuk menghormati nama saudaranya yang mati tanpa
meninggalkan keturunan dengan cara menikahi isteri saudaranya tersebut
(38:6-10; Ul 25:5-10). Ketika ada seorang Israel yang jatuh miskin dan menjual
dirinya sebagai budak, maka saudaranya yang mampu berkewajiban untuk menebus
orang itu (Im 25:47-48).
4:10
Firman-Nya: "Apakah yang telah
kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah.
Ini tentu tidak boleh diartikan secara hurufiah dimana darah Habel
betul-betul berteriak kepada Allah, atau bahwa Habel menginginkan Allah
membalas dendam kepada Kain. Artinya adalah: Allah melihat darah Habel yang
dicurahkan oleh Kain, dan itu menyebabkan Allah bertindak untuk menghukum Kain.
. Menumpahkan darah menyebabkan tanah menjadi tercemar dan harus diadakan
pembalasan terhadap pelaku pembunuhan (Bil 35:33) “Jadi janganlah kamu mencemarkan
negeri tempat tinggalmu, sebab darah itulah yang mencemarkan negeri itu, maka
bagi negeri itu tidak dapat diadakan pendamaian oleh karena darah yang
tertumpah di sana, kecuali dengan darah orang yang telah menumpahkannya.”
Tatkala seseorang melakukan pembunuhan secara tidak disengaja, ia disediakan
kota perlindungan supaya ia jangan dibunuh sampai ia selesai menjalani
pengadilan (Bilangan 35:9-34; Ulangan 19:1-13). Darah Habel yang berseru dari
dalam tanah merupakan sebuah gambaran yang ironis. Dalam peristiwa di Kejadian
4 ia sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun. Kematiannya justru
mengeluarkan suara yang lebih keras. Melalui imannya ia tetap berseru kepada
Allah walaupun ia sudah mati (Ibr 11:4). Darah Habel menyerukan keadilan.
Walaupun darah Habel
mendakwa orang berdosa, namun darah Yesus Kristus “berbicara lebih
kuat daripada darah Habel” (12:24), karena darah Yesus bukan untuk menuntut
balas tetapi menebus orang berdosa.
Kejadian 4:11-12 Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang
mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. Apabila
engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil
sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di
bumi.
Ayat ini mencantumkan
berisi hukuman yang harus
ditanggung oleh Kain. Walaupun dari perspektif Kain hukuman tersebut tampak
sangat berat (4:13), namun semua itu sebenarnya masih lebih ringan daripada
seharusnya. Seorang pembunuh manusia, apalagi yang dilandaskan pada kebencian
dan dilakukan secara terencana, harus dihukum mati (9:5-6; Ulangan 19:11-12).
Bagaimanapun, Kain tidak dibunuh oleh Tuhan. Ia bahkan dilindungi dari orang
lain yang mau membunuhnya (4:15). Ini menyiratkan aspek anugerah dalam hukuman
Allah. Sama seperti Adam dan Hawa juga mendapatkan anugerah di tengah hukuman
serius yang mereka harus tanggung, demikian pula Kain tidak menerima setimpal
dengan kesalahannya (Mzm
103:10). Kutukan untuk Kain merupakan
hal yang cukup mengagetkan. Di pasal 3 Allah hanya mengutuk ular (3:14) dan
tanah (3:17). Untuk pertama kalinya Allah mengutuk seorang manusia. Ini
merupakan perkembangan negatif yang serius. Bagian ini menjelaskan bagaimana
kutukan di 4:11 akan terlaksana. Tanah yang sudah dikutuk oleh Allah karena
dosa Adam (3:17) ternyata bukanlah tanah yang terjelek. Tanah yang akan diolah
oleh Kain lebih buruk (4:12). Sebelumnya Kain masih bisa mendapatkan hasil
positif dari tanahnya (sekalipun ini tentu saja diperoleh dengan susah-payah, kejadian
3:17-19), namun kini situasi menjadi tambah sulit.
Kejadian 4:13-16 Kata Kain kepada TUHAN: "Hukumanku itu
lebih besar dari pada yang dapat kutanggung. Engkau menghalau aku sekarang dari
tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan
pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah
akan membunuh aku." Firman TUHAN kepadanya: "Sekali-kali tidak!
Barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali
lipat." Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh
oleh barangsiapa pun yang bertemu dengan dia. Lalu Kain pergi dari hadapan
TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden.
ungkapan Kain merupakan sebuah keluhan. Kain hanya mengasihi
dirinya sendiri, bukan bertobat. Pengusiran dari hadirat TUHAN (4:16) bahkan
dipandang sebagai bukti bahwa Allah tidak mengampuni Kain. Adam dan Hawa juga
tetap diusir dari taman Eden (3:22-24), namun hal itu tidak mungkin ditafsirkan
sebagai bukti bahwa mereka tidak mendapatkan pengampunan dari Allah. Di sisi lain, sebagian ahli bersikukuh bahwa ungkapan Kain di 4:13
harus dipahami sebagai permohonan ampun. Alasan yang diberikan umumnya
didasarkan pada perlindungan yang diberikan TUHAN kepada Kain (4:15).
Perlindungan ini dilihat sebagai bukti bahwa Allah
sudah mengampuni dosa Kain. Pengusiran
yang ia jalani bukan hanya secara geografis, tetapi teologis. Ia bukan hanya
jauh dari Allah, tetapi tersembunyi dari hadapan-Nya. Ini menyiratkan keadaan
Kain yang ditinggalkan
dan dilupakan oleh Allah (Mzm 13:2; 22:1). Tersembunyi dari hadapan Tuhan dalam kasus Kain bukan hanya jauh
dari Tuhan, tetapi selalu diliputi oleh ketakutan akibat dosa. ia menjadi
pengembara yang selalu
resah. Keempat,
ia akan menjadi korban pembunuhan.
Keterpisahan dari Allah akan menghasilkan ketakutan kepada manusia (Ay
15:20-25). Ketakutan Kain merupakan sesuatu yang ironis. Kata “tujuh
kali lipat” sepertinya berarti pembalasan yang lengkap. “tanah Nod” adalah
suatu kata Ibrani untuk “mengembara” atau “tanah dari para pengembara” Ini
jelas merupakan permainan pada nama Kain. Kita tidak tahu di mana lokasi dari
tempat ini namun yang pasti lebih ke sebelah timur lagi dari Eden daripada
tempat Adam dan hawa pergi.
Hal yang dapat dipelajari:
1. Allah itu Mahabenar -- Allah menerima Habel dan
persembahannya oleh sebab Habel beriman kepada Allah.
2. Allah itu Mahatahu -- Sebelum Allah bertanya kepada Kain,
Allah sudah mengetahui bahwa Kain telah membunuh Habel.
3. Allah Mahasuci -- Allah membenci dosa. Allah menghukum Kain
sebab dia sudah berdosa.
4. Allah itu Maharahmat -- Set dilahirkan supaya Allah dapat
memenuhi janji-Nya melalui keturunan Adam.
5. Allah itu Sumber Rahmat -- Allah menasihati Kain supaya dia
berbuat benar dan beriman kepada-Nya seperti Habel. Allah tidak mengizinkan
seorang pun membunuh Kain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar