KELAS PERSIAPAN KAA Minggu ke-1 (AGUSTUS)
TEMA : “Kelola Semua yang Tuhan
Percayakan Padamu” (Kejadian 47:13-26)
Tujuan :
Agar anak sekolah Minggu dapat mengelola semua yang Tuhan percayakan kepada
dirinya.
Latar Belakang Yusuf?
Yusuf
adalah anak Yakub dari istrinya Rahel (Kej 35:24). Yusuf merupakan anak yang
paling dikasihi oleh Yakub (Kej 37:3) sehingga ia menjadi dibenci oleh
saudara-saudaranya (Kej 37:4). Yusuf dibuang ke dalam sumur kosong oleh
saudara-saudaranya (Kej 37:19-24) setelah mimpi Yusuf akan kebesaran yang
dianugerahkan Allah kepadanya membuat saudara-saudaranya marah. Yusuf dijual
kepada orang Midian (Kej 37:27-28) dan oleh orang Midian tersebut dibawa ke
Mesir dan dijual kepada Potifar, kepala pengawal Firaun (Kej 37:36). Yusuf
menjadi hamba kepercayaan Potifar dan kuasa atas rumah Potifar diberikan
kepadanya (Kej 39:2-6), tapi kemudia Yusuf dimasukkan ke dalam penjara karena
fitnahan istri Potifar (Kej 39:7-20). Di dalam penjara, Yusuf menjadi
kesayangan dan kepercayaan kepala penjara (Kej 39:21-23). Yusuf berhasil
memberitahukan arti mimpi juru minuman dan juru roti di dalam penjara (Kej
40:1-23). Karena kemampuan Yusuf yang dianugerahkan Allah tersebut, Yusuf
berhasil mengartikan mimpi Firaun dan memperingatkan Mesir akan bencana 7 tahun
kelaparan setelah mengalami 7 tahun kelimpahan makanan (Kej 41:1-37). Atas jasa
Yusuf tersebut, ia diangkat oleh Firaun untuk menjadi kepercayaannya dan diberi
kuasa atas tanah Mesir (Kej 41:38-44).
SIAPAKAH FIRAUN ITU?
Istilah
Firaun pertama kali muncul di Alkitab dalam Kejadian 12:15. Selanjutnya nama
Firaun terus bermunculan dalam kisah Yusuf. Keluaran 1:8 menyatakan bahwa ada
seorang raja baru yang memerintah Mesir namun dia tidak mengenal Yusuf. Dan
Alkitab selanjutnya terus memakai nama Firaun untuk merujuk pada raja tersebut.
Istilah ‘Firaun’ sebenarnya tidak pernah dipakai oleh orang Mesir kuno sendiri
untuk
menyebut
raja mereka hingga pada pemerintahan dinasti ke-18. Istilah Firaun kita kenal dari bahasa Yunani
dan penggunaannya di Perjanjian Lama. Dari segi etimologinya, ‘Firaun’ berasal
dari bahasa Mesir Per-Aa. Ada yang menafsirkan istilah ini merupakan
gabungan dari kata Ra, artinya matahari
atau dewa matahari dan kata pre yang merujuk para artikel ‘the’ atau ‘sebelumnya’
sehingga Per-Aa berarti ‘Sang dewa matahari’. Namun arti yang paling tepat dari
kata Per-Aa ini adalah ‘Rumah yang besar’ (Great House). Pada awalnya istilah
ini dipakai untuk merujuk pada bangunan
istana yang menjadi tempat tinggal raja dalam pengertian bahwa Per-Aa
ini bertanggung jawab sepenuhnya terhadap sistim perpajakan yang
dikenakan pada rumah-rumah yang lebih kecil (Perw) yang biasanya berupa tempat
ibadah atau rumah pribadi.
Untuk
menjadi seorang Firaun, seorang laki-laki harus menikahi seorang perempuan yang
memiliki darah ningrat dan biasanya perempuan itu adalah anak perempuan tertua
dari Firaun sebelumnya. Hal ini terjadi karena dalam budaya Mesir, yang mewariskan darah ningrat
adalah seorang perempuan, bukan laki-laki.
Penjelasan ayat:
Kejadian 47:13 Di seluruh negeri itu tidak ada makanan, sebab kelaparan itu sangat
hebat, sehingga seisi tanah Mesir dan tanah Kanaan lemah lesu karena kelaparan
itu
Ini
adalah penggenapan dari mimpi Yusuf dalam Kejadian 41:29-31 bahwa aka nada 7
tahun kelimpahan dan 7 tahun kelaparan. Karena itu, Yusuf dipercaya oleh Firaun
untuk mengelola kekayaan Mesir sehingga orang Mesir tidak kelaparan. Kejadian
ini membuat Yusuf sangat percaya akan mimpi yang pernah ia alami yaitu Ia akan menjadi penguasa yang disembah oleh
saudara-saudaranya dan orang tuanya, bahkan orang mesir pun tunduk pada
ketetapannya. Namun Yusuf ingat bahwa semuanya atas campur tangan Allah yang
membuatnya berhasil. Kelaparan hebat ini membuat semua tanah baik di mesir
bahkan tanah kanaan mengalami kekeringan yang hebat.
Kejadian 47:14 Maka Yusuf mengumpulkan segala uang yang terdapat di tanah Mesir dan di
tanah Kanaan, yakni uang pembayar gandum yang dibeli mereka; dan Yusuf membawa
uang itu ke dalam istana Firaun.
Ketika
bencana kelaparan menjadi makin parah, orang-orang Mesir menghadapi kekurangan
makanan yang luar biasa. Alkitab mengatakan bahwa di seluruh negeri itu tidak ada
makanan. Orang kemudian
datang kepada Yusuf untuk meminta makanan darinya bagi keluarga mereka. Ketika
uang mereka habis, mereka menjual ternak mereka untuk membeli gandum (ay. 17). Akhirnya, mereka terpaksa harus
menggadaikan tanah dan diri mereka sendiri kepada Firaun agar dapat memperoleh
makanan (ay. 19). Dengan demikian seluruh negeri
tersebut, terkecuali wilayah para imam, beralih ke tangan Firaun. Muncullah
sebuah sistem feodal yang lengkap. Pemerintah menyediakan makanan dan rakyat
membayar pajak 20% dari hasil kerja mereka (ay.23b, 24). Keadaan itu tidak menyenangkan,
tetapi rakyat memerlukan gandum untuk makan. Mereka mengatakan kepada Yusuf, "Engkau telah memelihara hidup
kami ... biarlah kami menjadi hamba kepada Firaun" (ay. 25). Keadaan yang sangat darurat itu
memerlukan tindakan yang drastis. Maka penduduk Mesir menjadi budak Firaun dan
tanah mereka menjadi milik negara.
Kejadian
47:15-23 Setelah habis uang di tanah
Mesir dan di tanah Kanaan, datanglah semua orang Mesir menghadap Yusuf serta
berkata: "Berilah makanan kepada kami! Mengapa kami harus mati di depanmu?
Sebab tidak ada lagi uang." Jawab Yusuf: "Jika tidak ada lagi uang,
berilah ternakmu, maka aku akan memberi makanan kepadamu sebagai ganti ternakmu
itu." Lalu mereka membawa ternaknya kepada Yusuf dan Yusuf memberi makanan
kepada mereka ganti kuda, kumpulan kambing domba dan kumpulan lembu sapi dan
keledainya, jadi disediakannyalah bagi mereka makanan ganti segala ternaknya
pada tahun itu. Setelah lewat tahun itu, datanglah mereka kepadanya, pada tahun
yang kedua, serta berkata kepadanya: "Tidak usah kami sembunyikan kepada
tuanku, bahwa setelah uang kami habis dan setelah kumpulan ternak kami menjadi
milik tuanku, tidaklah ada lagi yang tinggal yang dapat kami serahkan kepada
tuanku selain badan kami dan tanah kami. Mengapa kami harus mati di depan
matamu, baik kami maupun tanah kami? Belilah kami dan tanah kami sebagai ganti
makanan, maka kami dengan tanah kami akan menjadi hamba kepada Firaun.
Berikanlah benih, supaya kami hidup dan jangan mati, dan supaya tanah itu
jangan menjadi tandus." Lalu Yusuf membeli segala tanah orang Mesir untuk
Firaun, sebab orang Mesir itu masing-masing menjual ladangnya, karena berat
kelaparan itu menimpa mereka. Demikianlah negeri itu menjadi milik Firaun. Dan
tentang rakyat itu, diperhambakannyalah mereka di daerah Mesir dari ujung yang
satu sampai ujung yang lain. Hanya tanah para imam tidak dibelinya, sebab para
imam mendapat tunjangan tetap dari Firaun, dan mereka hidup dari tunjangan itu;
itulah sebabnya mereka tidak menjual tanahnya. Berkatalah Yusuf kepada rakyat
itu: "Pada hari ini aku telah membeli kamu dan tanahmu untuk Firaun;
inilah benih bagimu, supaya kamu dapat menabur di tanah itu. Mengenai hasilnya,
kamu harus berikan seperlima bagian kepada Firaun, dan yang empat bagian lagi,
itulah menjadi benih untuk ladangmu dan menjadi makanan kamu dan mereka yang
ada di rumahmu, dan menjadi makanan anak-anakmu."
Semua orang Mesir kemudian datang dan membeli
gandum dari Yusuf dengan uang yang mereka miliki. Alkitab menceritakan bahwa
persediaan uang orang Mesir hanya cukup untuk satu tahun anggaran belanja. Pada
tahun kelaparan yang ke dua mereka tidak lagi memiliki uang untuk membeli
gandum. Ketika mereka datang pada Yusuf untuk meminta gandum, maka Yusuf
mensyaratkan untuk mereka menyerahkan ternak ganti gandum. Semua persediaan
ternak yang dimilikipun akhirnya diserahkan guna memperoleh gandum pada tahun
ke dua. Pada saat ternak yang mereka miliki juga habis, orang Mesir datang lagi
pada yusuf untuk meminta makanan. Kali ini Yusuf meminta mereka untuk
menyerahkan tanah yang mereka miliki sebagai ganti gandum. Pada akhirnya orang
Mesir menyerahkan seluruh tanah yang dimiliki untuk ditukar dengan gandum.
Nilai jual tanah yang sudah ditukar dengan gandumpun akhirnya habis pula.
Sedangkan orang Mesir tetap butuh makan. Kondisi itulah yang kemudian memaksa
orang Mesir untuk tidak meminta gandum lagi kepada
Yusuf ( karena orang Mesir tidak memiliki apa- apa lagi untuk ditukar dengan
gandum ) tetapi mereka meminta benih. Gandum adalah barang yang
sangat konsumtif dan berdaya guna sebentar. Orang Mesir sampai kepada kesadaran
untuk melakukan sesuatu yang bersifat produktif sebagai ganti kekonsumtifan
mereka. Mereka berfikir bahwa dengan meminta benih, menanam di ladang, dan
bercocok tanam, mereka akan dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan tidak
lagi bergantung pada Yusuf untuk selamanya. Sebuah kesadaran akan pemberdayaan
diri sendiri. Hal menarik berikutnya
adalah system pembagian hasil yang disepakati antara Yusuf dengan orang Mesir
yang bekerja sebagai penggarap tanah- tanah Mesir ( karena tanah rakyat sudah
dibeli semua oleh Yusuf ). Berikut kira – kira gambaran system yang
diberlakukan pada waktu itu : Yusuf memberikan benih kepada orang Mesir untuk
di tanam di tanah yang mereka garap. Status tanah garapan tersebut adalah milik
Firaun yang telah dibeli oleh Yusuf. Mereka menggarap tanah ( yang dulunya
milik mereka ) yang telah beralih status kepemilikan. Mereka bekerja sebagai
penyewa, petani penggarap, peminjam, dan tidak berhak lagi untuk memiliki lahan
garapan tersebut. Sistem pembagian hasilnya adalah sebagai berikut. Orang Mesir
harus menyerahkan seperlima ( 20 % ) hasil panennya kepada Firaun sebagai
pemilik tanah. Sedangkan hasil yang empat per lima bagian ( 80 % ) merupakan
bagian mereka sebagai penggarap.
Kejadian 47:24-26 Lalu berkatalah
mereka: "Engkau telah memelihara hidup kami; asal kiranya kami mendapat
kasih tuanku, biarlah kami menjadi hamba kepada Firaun." Yusuf membuat hal
itu menjadi suatu ketetapan mengenai tanah di Mesir sampai sekarang, yakni
bahwa seperlima dari hasilnya menjadi milik Firaun; hanya tanah para imam tidak
menjadi milik Firaun
Bangsa Mesir sangat kagum dengan
pengelolaan yang dilakukan oleh Yusuf, bahkan Firaun pun sangat mengagumi
bentuk pengelolaan yang Yusuf tawarkan kepada semua orang yang membutuhkan
makanan. Firaun melihat semua upaya yang dilakukan Yusuf adalah baik bagi
kehidupan Mesir yang sedang mengalami musibah kelaparan. Bahkan apa yang
dikelola dan diatur oleh Yusuf mendatangkan keuntungan besar bagi Firaun.
Sistem ini sampai sekarang masih diterapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar