Pages

About

Senin, 10 September 2012

BAHAN PRA REMAJA MINGGU KE 3


Memandang Situasi Dengan Cara Pandang Allah


         I.    Bahan Alkitab

Ø  Ayub 42 : 1 - 6
Ø  Roma 8 : 28


       II.    Tujuan

Ø  Mengajarkan kepada ASM bahwa dalam segala keadaan (baik ataupun buruk) Tuhan memiliki rencana yang baik untuk membentuk kita semakin serupa Kristus.


      III.    Ayat Hafalan

Ø  Roma 8 : 28
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."

     IV.    Pendahuluan

Hukum tabur-tuai adalah hukum alam yang sangat kita fahami. Menabur banyak, menuai banyak;  Apa yang ditabur, itu yang akan dituai;  Menabur kasih, menuai damai sejahtera, menabur hawa nafsu, akan menuai kebinasaan; Menabur angin, menuai badai. Orang baik, hidupnya senang. Orang ceroboh, sakit-sakitan dsb. Tetapi, bila kita mengalami hal yang tidak seperti itu, bahkan berlawanan dengan itu, bagaimana kita harus          menyikapinya?


      V.    Isi

Tokoh Ayub mengalami situasi seperti itu. Ayub adalah orang saleh yang selalu menjaga perbuatannya. Tidak sombong, walau berharta banyak. Bahkan Alkitab mencatat bahwa bila anak-anaknya berpesta, Ayah beriman ini akan memanggil mereka, menguduskan, membakar korban kepada Allah untuk dosa-dosa yang mungkin secara tak sengaja dilakukan oleh anak-anaknya. Ayub adalah teladan seorang ayah yang menjadi imam bagi keluarganya. Tetapi  apa yang terjadi ? Di luar dugaannya, ia mendapat musibah hebat dan bertubi-tubi. Dalam sesaat, ternaknya habis dirampas musuh, anak-anaknya mati karena angin ribut yang merobohkan rumah mereka. Dalam situasi seperti itu, ayub masih bisa bersujud, menyambah Allah dan berkata : “Dengan telanjang aku lahir, dengan telanjang juga aku akan mati; Allah yang memberi, Allah yang mengambil, terpujilah nama Allah.” Hebat, bukan?
Dalam babak berikutnya, iblis menggocohnya luar biasa. Sekujur   tubuhnya penuh barah yang membusuk, sampai ia duduk di atas abu dan    memakai beling untuk menggaruk tubuhnya. Sangat menyakitkan ketika istrinya berkata : ”... Kutukilah Allahmu dan matilah.!” Untuk hal ini pun,     Ayub masih bisa berkata : “... Mengapa kita mau menerima yang baik dari Allah, tapi tidak mau menerima yang buruk?” Hebat! Tetapi, ketika hal itu    berlanjut tak kunjung usai, dan “sahabat-sahabatnya” memojokkannya dengan tuduhan melakukan kecurangan dan kejahatan terselubung, Ayub   mulai goyah, mulai ragu, mulai mencari jawaban, mulai menyesali kelahirannya, bahkan sampai meminta Allah untuk menunjukkan apa kesalahan yang menyebabkannya harus mengalami musibah seberat itu (Ayub mulai terpengaruh cara pandang manusia ). Syukur kalau kisah ini berakhir dengan pemulihan yang dialami Ayub. Penderitaan telah membawa Ayub mengenal Allah secara pribadi sehingga Ayub dapat berkata: “... tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau …,”   (Ayub 42:1–6). Pelajaran apa yang dapat kita petik dari bagian Firman Tuhan ini?

1.    Ada Rencana Allah Di balik Fakta
Manusia tak mampu menyelami apa yang Allah perbuat. Itu terlalu tinggi, terlalu dalam, terlalu luas untuk di mengerti. Ketika Allah menanyai Ayub mengenai apa yang telah Allah lakukan atas ciptaan-Nya, atas alam semesta, atas kuda Nil, atas buaya, Ayub tertegun dan tak mampu menjawab tantangan Allah (Ayub 38–42). Ayub sadar, di hadapan Allah dirinya amat sangat kecil; kesalehan yang dibanggakannya tak bernilai. Ayub mencabut segala argumennya yang diakuinya sebagai kata-kata yang “tak berpengetahuan”. Merenungkan keteraturan alam semesta, Ayub mulai memahami ada Allah yang sedang bekerja. Semua yang sedang terjadi tak lepas dari rencana-Nya. Kalau kita bisa meyakini bahwa Allah selalu baik, sikap yang paling tepat adalah mencari kehendak Allah di balik fakta yang kita alami. Allah pasti sedang melakukan proses terbaik untuk membuat kita lebih mengenal-Nya. Maka, daripada kita banyak protes, mintalah kekuatan untuk menanggungnya dan mintalah hikmat untuk menangkap pelajaran-Nya! Selalu ada rencana Allah di balik fakta.

2.    Rencana Allah Tak Pernah Gagal
Allah adalah Sang Pencipta. Dia pemegang kekuasaan tertinggi. Dia memberikan hukum-hukum-Nya untuk mengatur ciptaan-Nya, tetapi Dia tetap Allah. Dia berkuasa melakukan segala perkara sekalipun di luar hukum alam. Dia tidak dibatasi oleh hukum-hukum yang diciptakan-Nya. Karena itu, rencana-Nya tak pernah gagal. Dia dapat melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya. Dia tak bisa dianalisa oleh pikiran manusia. Dia itu Pribadi yang berotoritas. Dan Dia sangat baik, bahkan selalu baik. Apa artinya ini bagi kita? Pandang situasi yang terjadi dari cara pandang Allah. Percayailah Dia sepenuhnya! Rindulah melihat kemuliaan-Nya untuk apa yang diijinkan terjadi atas hidup kita! Berserah kepada-Nya dan pujilah keagungan-Nya! Maka, jiwa kita akan menikmati ketentraman, sekalipun di tengah pergumulan. Bukankah sikap seperti itu yang Yesus lakukan, ketika Ia menapaki jalan penderitaan Via dolorosa?


     VI.    Penutup

Kita mengenal dan mempelajari hukum-hukum alam,  itu memang baik. Kalau kita sakit perut karena terlalu banyak makan “keripik mak Icih”, itu  wajar. Jangan “mencobai” Allah dengan mengumbar nafsu makan kita! Sebagai orang percaya, kita perlu memahami lebih banyak hukum-hukum Allah. Kita perlu lebih banyak dan lebih dalam lagi mengenal rencana Allah melalui Alkitab. Kenyataan bahwa Allah telah memberikan Yesus Kristus untuk mati demi menebus kita, membuktikan bahwa Allah serius mengasihi kita. Tahap selanjutnya, Allah terus membentuk kita menjadi serupa dengan Kristus. Dan itu dilakukan-Nya melalui segala situasi yang diijinkannya terjadi atas kita. Dia telah memberikan Roh Kudus kepada kita sehingga kita dapat lebih akrab dengan-Nya melalui doa dan firman. Makin kita mengenal-Nya, akan makin berani kita menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Sehingga, kita akan semakin dekat kepada-Nya, seusai mengalami hal-hal yang kelihatannya “pahit”. Maka, cara pandang yang   benar untuk segala situasi yang kita alami adalah seperti yang dikatakan Rasul Paulus: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Amin,” (Roma 8:28).
                                                                 

   VII.    Aktivitas

            ASM dan GSM duduk membuat lingkaran, masing-masing menceritakan hal/keadaan yang tidak menyenangkan yang pernah mereka alami, dan pelajaran apa yang mereka ambil dari peristiwa tsb. Dimulai dari GSM kemudian tunjuk siapa yang dapat giliran selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar