Memandang Situasi Dengan Cara Pandang Allah
I. Bahan Alkitab
Ø
Ayub 42 : 1 - 6
Ø
Roma 8 : 28
II. Tujuan
Ø Mengajarkan kepada ASM bahwa
dalam segala keadaan (baik ataupun buruk) Tuhan memiliki rencana yang baik untuk membentuk kita semakin
serupa Kristus.
III. Ayat Hafalan
Ø
Roma 8 : 28
"Kita
tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah."
IV. Pendahuluan
Hukum tabur-tuai
adalah hukum alam yang sangat kita fahami. Menabur banyak, menuai banyak;
Apa yang ditabur, itu yang akan dituai;
Menabur kasih, menuai damai
sejahtera, menabur hawa nafsu, akan menuai kebinasaan;
Menabur angin, menuai badai. Orang baik, hidupnya senang. Orang ceroboh, sakit-sakitan dsb.
Tetapi, bila kita mengalami hal yang tidak
seperti itu, bahkan berlawanan dengan itu, bagaimana kita harus menyikapinya?
V. Isi
Tokoh Ayub
mengalami situasi seperti itu. Ayub adalah orang saleh yang selalu menjaga perbuatannya. Tidak
sombong, walau berharta banyak. Bahkan
Alkitab mencatat bahwa bila anak-anaknya berpesta, Ayah beriman ini akan memanggil mereka, menguduskan, membakar korban kepada Allah untuk dosa-dosa yang
mungkin secara tak sengaja dilakukan
oleh anak-anaknya. Ayub adalah teladan seorang ayah yang menjadi imam bagi keluarganya.
Tetapi apa yang terjadi ? Di luar dugaannya, ia mendapat musibah hebat dan
bertubi-tubi. Dalam sesaat, ternaknya
habis dirampas musuh, anak-anaknya mati karena angin ribut yang merobohkan rumah mereka. Dalam
situasi seperti itu, ayub masih bisa
bersujud, menyambah Allah dan berkata : “Dengan
telanjang aku lahir, dengan
telanjang juga aku akan mati; Allah yang memberi, Allah yang mengambil, terpujilah nama Allah.” Hebat, bukan?
Dalam babak
berikutnya, iblis menggocohnya luar biasa. Sekujur tubuhnya penuh barah yang membusuk, sampai ia duduk di atas abu dan
memakai beling untuk menggaruk
tubuhnya. Sangat menyakitkan ketika istrinya berkata : ”...
Kutukilah Allahmu dan matilah.!” Untuk hal ini pun, Ayub masih bisa berkata : “...
Mengapa kita mau menerima yang baik dari Allah,
tapi tidak mau menerima yang buruk?” Hebat! Tetapi, ketika hal itu berlanjut tak kunjung usai, dan
“sahabat-sahabatnya” memojokkannya dengan
tuduhan melakukan kecurangan dan kejahatan terselubung, Ayub mulai goyah, mulai ragu, mulai mencari
jawaban, mulai menyesali kelahirannya,
bahkan sampai meminta Allah untuk menunjukkan apa kesalahan yang menyebabkannya harus mengalami musibah
seberat itu (Ayub mulai
terpengaruh cara pandang manusia ). Syukur kalau kisah ini berakhir dengan pemulihan yang dialami
Ayub. Penderitaan telah membawa
Ayub mengenal Allah secara pribadi sehingga Ayub dapat berkata: “... tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau …,” (Ayub 42:1–6). Pelajaran apa yang dapat kita
petik dari bagian Firman Tuhan
ini?
1. Ada Rencana Allah Di
balik Fakta
Manusia tak mampu
menyelami apa yang Allah perbuat. Itu terlalu tinggi, terlalu dalam, terlalu
luas untuk di mengerti. Ketika Allah menanyai Ayub mengenai apa yang telah
Allah lakukan atas ciptaan-Nya, atas alam semesta, atas kuda Nil, atas buaya,
Ayub tertegun dan tak mampu menjawab tantangan Allah (Ayub 38–42). Ayub sadar,
di hadapan Allah dirinya amat sangat kecil; kesalehan yang dibanggakannya tak
bernilai. Ayub mencabut segala argumennya yang diakuinya sebagai kata-kata yang
“tak berpengetahuan”. Merenungkan keteraturan alam semesta, Ayub mulai memahami
ada Allah yang sedang bekerja. Semua yang sedang terjadi tak lepas dari
rencana-Nya. Kalau kita bisa meyakini bahwa Allah selalu baik, sikap yang
paling tepat adalah mencari kehendak Allah di balik fakta yang kita alami.
Allah pasti sedang melakukan proses terbaik untuk membuat kita lebih
mengenal-Nya. Maka, daripada kita banyak protes, mintalah kekuatan
untuk menanggungnya dan mintalah hikmat untuk menangkap pelajaran-Nya! Selalu ada rencana
Allah di balik fakta.
2.
Rencana Allah Tak
Pernah Gagal
Allah adalah Sang Pencipta. Dia pemegang kekuasaan
tertinggi. Dia memberikan hukum-hukum-Nya untuk mengatur ciptaan-Nya, tetapi
Dia tetap Allah. Dia berkuasa melakukan segala perkara sekalipun di luar
hukum alam. Dia tidak dibatasi oleh hukum-hukum yang diciptakan-Nya. Karena
itu, rencana-Nya tak pernah gagal. Dia dapat melakukan apa
pun yang dikehendaki-Nya. Dia tak bisa dianalisa oleh pikiran manusia. Dia itu Pribadi yang berotoritas. Dan Dia sangat baik, bahkan
selalu baik. Apa artinya ini bagi kita? Pandang situasi yang terjadi
dari cara pandang Allah. Percayailah Dia sepenuhnya! Rindulah melihat
kemuliaan-Nya untuk apa yang diijinkan terjadi atas hidup kita! Berserah
kepada-Nya dan pujilah keagungan-Nya! Maka, jiwa kita akan menikmati
ketentraman, sekalipun di tengah pergumulan. Bukankah sikap seperti itu yang Yesus lakukan, ketika Ia menapaki jalan
penderitaan Via dolorosa?
VI. Penutup
Kita mengenal dan
mempelajari hukum-hukum alam, itu memang
baik. Kalau kita sakit perut karena
terlalu banyak makan “keripik mak Icih”, itu wajar.
Jangan “mencobai” Allah dengan mengumbar nafsu makan kita! Sebagai orang percaya, kita perlu memahami
lebih banyak hukum-hukum Allah.
Kita perlu lebih banyak dan lebih dalam lagi mengenal rencana Allah melalui Alkitab. Kenyataan bahwa
Allah telah memberikan Yesus Kristus
untuk mati demi menebus kita, membuktikan bahwa Allah serius mengasihi kita. Tahap selanjutnya,
Allah terus membentuk kita menjadi serupa
dengan Kristus. Dan itu dilakukan-Nya melalui segala situasi yang diijinkannya terjadi atas kita. Dia
telah memberikan Roh Kudus kepada kita
sehingga kita dapat lebih akrab dengan-Nya melalui doa dan firman. Makin kita mengenal-Nya, akan makin
berani kita menyerahkan hidup kita kepada-Nya.
Sehingga, kita akan semakin dekat kepada-Nya, seusai mengalami hal-hal yang kelihatannya “pahit”. Maka, cara
pandang yang benar untuk segala situasi
yang kita alami adalah seperti yang dikatakan Rasul
Paulus: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah
turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan
rencana Allah. Amin,” (Roma
8:28).
VII. Aktivitas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar