Pages

About

Senin, 10 September 2012

BAHAN PRA REMAJA MINGGU KE 5


Berkelimpahan Di Dalam Tuhan


         I.    Bahan Alkitab

Ø  Yohanes 10 : 10


       II.    Tujuan

Ø  Mengajarkan pada ASM bahwa Tuhan telah menjamin kita hidup dalam kelimpahan (berkelimpahan bukan berarti kaya raya).


      III.    Ayat Hafalan

Ø  2 Korintus 6 : 10
"sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu."
     IV.    Pendahuluan

Siapa yang tidak senang, jika hidupnya berkelimpahan dengan materi? Ada     sebagian orang yang memiliki pemahaman keliru bahwa kebahagiaan hidup manusia diukur dari seberapa besar/ limpahnya materi yang dimilikinya. Bahkan   tidak sedikit, pengkhotbah terkenal yang terjebak dalam konsepsi ini melalui pengajarannya. Oleh karena itu, tidak sedikit juga orang Kristen yang mempercayai hal tersebut.Secara khusus, bagi kelompok ini, kata-kata Yesus dalam Yohanes 10:10 menjadi ayat favorit yang mendapatkan penekanan berlebihan    
dalam pengajarannya. Namun apakah demikian? Apakah perkataan Tuhan Yesus tersebut dapat menjadi pembenar terhadap adanya berkat-berkat material?


      V.    Isi

Tuhan Yesus berkata: “…Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” Istilah “hidup” yang diucapkan Tuhan Yesus harus menjadi kata kunci untuk memahami  “kelimpahan” dalam ayat tersebut. Ketika salah dalam mengerti “hidup” yang dimaksudkan, sudah pasti keliru juga dalam memahami           “kelimpahan”.  Berikut kita akan mendalami hal tersebut:  

1.    Yesus Datang, supaya Domba-domba-Nya Mempunyai Hidup
Pencuri datang untuk mencuri, membunuh, dan untuk membinasakan domba-domba. Ini sangat kontras dengan kedatangan Tuhan Yesus, yaitu supaya domba-domba mempunyai hidup.  Lalu apa yang di maksud dari “hidup” yang diberikan Tuhan Yesus tersebut? Istilah “hidup” yang dipakai Tuhan Yesus dalam kalimat tersebut diterjemahkan dari kata Yunani “zoe”.  Kata ini, sekalipun dapat juga dipakai dalam pengertian hidup jasmani (mis.Yak.4:14), namun di dalam konteks perkataan Tuhan Yesus (bahkan dalam Injil Yohanes) selalu dalam pengertian “kehidupan yang sejati”. Secara biologis, manusia memiliki kehidupan. Kehidupan biologis ini bukanlah kehidupan yang sejati. Itu hanyalah kehidupan manusia secara fisik, namun kehidupan secara rohaninya telah mati sebagai akibat dosa. Dosa telah memisahkan manusia dari Allah Yang Mahakudus. Karena Allah adalah Sumber Kehidupan manusia, maka keterpisahan dari-Nya berarti kematian. Bagaimana hubungan tersebut dapat diselesaikan? Allah sendiri, di dalam dan melalui Yesus Kristus, datang menjumpai manusia. Dan di dalam kematian-Nya, Allah telah memperdamaikan diri-Nya dengan manusia (bnd.Kol.21-22;Rm.5:10). Melalui-Nya manusia kembali mendapatkan persekutuan dengan Allah. Di dalam Yohanes 10:9, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah pintu, yang melalui-Nya domba-domba akan selamat dan menemukan padang rumput. Ia juga menyatakan diri-Nya sebagai Gembala yang baik, yang menyerahkan nyawa bagi domba-domba (ay.11a). “Kehidupan sejati”, “Hidup dalam persekutuan dengan Allah” inilah yang diberikan Tuhan Yesus melalui pengorbanan nyawa-Nya. 

2.    Hidup dalam Segala Kelimpahan
            Tuhan Yesus, Sang Gembala yang baik tidak hanya memberitahukan apa yang Ia berikan. Lebih dari itu, Ia juga mengatakan tentang kualitas dari apa yang diberikan bagi domba-domba-Nya. Kalimat berikutnya menyatakan “…dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.  Kini kita tidak akan salah dalam memahami “kelimpahan” sebagai kualitas terhadap “hidup” yang diberikan Tuhan Yesus. “Hidup” yang di maksudkan sebagaimana penjelasan di atas berkaitan dengan kehidupan rohani. Maka, demikian pun “kelimpahan” yang menjadi kualitas dari “hidup” tersebut. Kehidupan yang berlimpah oleh karena persekutuan dengan Allah ini melingkupi berkat-berkat rohani, seperti: ketenteraman, damai sejahtera, sukacita, di mana berkat-berkat ini Allah berikan secara melimpah. Rasul Paulus menyebutkan berkat-berkat tersebut sebagai harta yang dipunyai dalam tanah liat yang membuatnya kuat, sebagaimana yang dikatakannya: “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa (2 Kor.4:8-9); demikian juga: “sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu,” (2 Kor.6:10). Berkat Allah inilah yang juga membuat jemaat Tuhan di Makedonia tetap mengalami sukacita meluap, sekalipun dalam pencobaan yang berat dan dalam pelbagai penderitaan; dan meskipun mereka sangat miskin, namun kaya dalam kemurahan (2 Kor.8:2).


     VI.    Penutup

            Sesungguhnya, “hidup berkelimpahan” atau yang sering kita pahami sebagai berkat (jasmani dan rohani) yang melimpah, haruslah di mengerti sebagai seberapa banyak yang dapat dibagikan bagi sesama kita, bukan  seberapa banyak yang dapat kita kuasai/miliki. Hal ini dapat terjadi dalam kehidupan orang percaya, jika ia berani berkata: “Cukup untuk saya. Kini   saatnya untuk saya berbagi.” Sudahkah kita hidup berkelimpahan di dalam Tuhan?


   VII.    Aktivitas

            ASM dan GSM duduk membuat lingkaran, dan secara bergiliran     menjelaskan menurut mereka apakah berkat Tuhan itu, dan sebutkan contoh berkat Tuhan yang mereka dapatkan. Jika semua sudah mendapat giliran, GSM menjelaskan bahwa berkat Tuhan yang kita terima itu harus kita bagikan kepada orang lain (kita harus menjadi saluran berkat) dan             mengajak setiap ASM untuk berkomitmen akan membagikan berkat yang mereka terima kepada seseorang yang mereka pilih (bisa dengan ditulis di kertas diberi nama dan dikumpulkan kepada GSM untuk minggu depan dievaluasi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar